Penting! Kendala Budidaya Ikan Dengan Konsep Mina Padi Dan Cara Mengatasinya
Dibalik banyaknya keuntungan yang didapatkan ketika memelihara ikan dengan konsep mina ikan, ternyata banyak juga kendala yang menghantui. Jadi, pahami dulu kendalanya sebelum anda ingin mencoba budidaya ikan dengan konsep mina padi ini.
Kendala yang harus dihadapi ketika budidaya ikan dengan konsep mina padi
Konsep mina padi sendiri merupakan salah satu teknik memelihara ikan di sawah bersamaan dengan menanam padi.
Jika melihat dari sisi keuntungan memanglah besar, bisa dibilang berlipat ganda. Selain panen padi, juga sekaligus panen ikan.
Kita tanpa lagi memerlukan kolam khusus untuk memelihara ikan, karena ikan dan padi hidup di satu tempat yakni di lahan sawah tersebut.
Namun dibalik keuntungan dan potensi besar yang menggiurkan ternyata konsep mina padi ini masih memiliki resiko dan kendala.
Berikut beberapa resiko dan kendala dalam membudidayakan ikan menggunakan konsep mina padi dan cara mengatasinya:
Kesalahan dalam memilih jenis padi yang ditanam ataupun benih ikan yang ditabur
Jika umur padi belum waktunya dipanen sedangkan ikan sudah waktunya di panen, maka kondisi ini akan menyebabkan kita kesulitan memanen ikan.
Akan resiko jika dipaksakan panen ikan padahal padi belum menguning, tentunya dapat merusak tanaman padi itu sendiri.
Begitupun sebaliknya ketika padi sudah menguning dan siap panen, namun ternyata ikan masih belum waktunya dipanen. Maka jika dipaksakan panen padi, menyebabkan ikan yang akan gagal panen.
Hal ini menjadi rumit karena untuk mempermudah memanen padi perlu mengeringkan sawah, sedangkan ikan masih membutuhkan air untuk hidup.
Untuk persoalan ini sebenarnya mudah untuk mengatasinya yaitu dengan memilih jenis ikan yang sesuai dengan umur padi.
Artinya ketika padi selesai ditanam, maka selanjutnya proses tabur benih ikan harus segera dilakukan. Dan nantinya, ketika padi siap panen dan air mulai dikeringkan saat itu juga usia ikannya sudah mencapai masa panen.
Sulitnya menjaga pasokan air tetap stabil
Tentunya untuk menerapkan konsep mina padi ini, akan dibutuhkan air yang cukup agar ikan juga dapat hidup dengan baik dan padi juga tumbuh subur di sawah tersebut.
Namun hal tersebut juga masih harus dikaji lebih mendalam, dimana kita juga harus memikirkan tentang sifat air itu sendiri.
Sawah sangat rentan kekeringan
Yang mana menampung air di sawah ternyata lebih sulit dan merepotkan jika dibandingkan dengan menampungnya di kolam.
Berbeda dengan kondisi air di dalam kolam yang terjaga, sedangkan air di sawah hanya disekat dengan galengan kecil.
Galengan adalah pembatas antar sawah, galengan tersebut merupakan satu-satunya akses jalan umum di sawah, yang otomatis lebih rentan rusak jika sering digunakan untuk berjalan.
Kondisi galengan yang rusak mengakibatkan air bocor dan keluar dari sawah yang sedang kita digunakan untuk mina padi.
Memang benar galengan rusak bisa diperbaiki, namun jika harus sering memperbaiki galengan tentunya bukanlah sebuah solusi yang tepat.
Sedangkan jika kita biarkan galengan tersebut rusak, dapat menyebabkan resiko kekeringan dan ikan lah yang paling terkena dampaknya.
Satu-satunya jalan adalah dengan mengurangi aktivitas di galengan, bisa juga dengan membuat galengan khusus di lahan sawah pribadi.
Jadinya akan terdapat dua galengan, satu galengan merupakan pembatas sawah sekaligus jalan umum sedangkan satu galengan lagi merupakan milik pribadi untuk menjaga air agar tidak bocor.
Persoalan lain yang yang berkaitan dengan kebutuhan air adalah mengenai sumber pasokan air sawah tersebut. Umumnya sawah-sawah di Indonesia mendapat pasokan dari irigasi sungai, Air dari sungai tersebut akan dialirkan ke parit kecil di sepanjang pinggir sawah.
Selanjutnya air dari parit tersebut dialirkan ke sawah terdekat dan dari sawah tersebut melalui celah antar galengan akan diteruskan ke sawah sekitarnya hingga akhirnya semua sawah terisi air.
Proses pengairan tersebut dilakukan selama sawah dalam masa awal penanaman padi hingga masa padi mulai menguning. Dan ketika masa panen akan tiba, air dari dari sungai mulai ditutup sehingga sawah akan mengering untuk memudahkan proses pemanenan.
Tapi sayangnya, teori tersebut kadang tidak berjalan semestinya. Dalam prakteknya debit air sungai kadang tidak mencukupi untuk mengairi seluruh sawah, khususnya jika musim kemarau.
Dengan kata lain, ini akan menjadi hambatan ketika akan melakukan konsep mina ikan. Karena untuk memelihara ikan ini dibutuhkan stok air yang mencukupi.
Tidak ada solusi pasti untuk menghadapi masalah ini, karena semua itu berkaitan dengan faktor alam. Air sungai dapat mengalir lancar karena stok air di hulu sungai melimpah.
Sedangkan stok air di hulu tergantung dari jumlah air yang tertampung di waduk. Artinya jika waduk mengalami penyusutan jumlah air, maka akan berpotensi aliran sungai menjadi terhambat.
Meskipun begitu kita dapat mensiasati proses mina padi ini baiknya dilakukan saat musim penghujan. Dimana pada musim penghujan tersebut, stok air melimpah sehingga masalah kekurangan air bukan jadi persoalan lagi.
Sawah sangat rawan kebanjiran
Masih seputar kondisi air, musim yang tepat untuk mengaplikasikan konsep mina padi adalah pada musim penghujan agar jumlah air di sawah aman dari resiko kekeringan.
Namun, musim hujan juga tidak dapat diprediksi artinya air akan menjadi halangan baru. Dimana sawah juga memiliki batas kemampuan menampung air, apabila hujan terlalu deras, tentunya akan menyebabkan jumlah air menjadi tidak terkontrol.
Kondisi air yang berlebihan tersebut akhirnya menyebabkan banjir, galengan menjadi jebol, air sawah menjadi meluap dan tentunya ikan juga akan kabur.
Untuk menghadapi kondisi demikian, kita dapat mengantisipasinya dengan menambahkan pagar jaring di sekeliling sawah yang digunakan untuk budidaya ikan.
Dengan adanya pagar jaring tersebut, meskipun sawah tergenang banjir maka ikan tidak akan lepas atau kabur.
Mengenai tinggi pagar yang akan digunakan, harus disesuaikan pastikan posisi pagar lebih tinggi daripada ketinggian banjir yang kemungkin terjadi.
Sedangkan untuk diameter lubang jaringnya disesuaikan dengan ukuran ikan yang dipelihara. Jika ikan di sawah usianya masih kecil, maka gunakan jaring dengan diameter yang kecil pula.
Tidak semua sawah dapat dibuat konsep mina padi
Kendala lain dalam budidaya ikan dengan konsep mina padi adalah berkaitan dengan jenis dan letak sawahnya.
Seperti kita ketahui, sawah tidak selalu ditempat yang rata dan di dataran rendah. Terdapat berbagai jenis model sawah seperti sawah terasering dan sawah tadah hujan.
Jenis sawah model tersebut kurang efektif untuk dijadikan konsep mina padi. Tentunya karena air akan menjadi persoalan besar. Padi bisa saja tumbuh subur di sawah terasering, namun bagaimana dengan ikannya? yang membutuhkan air untuk bisa bertahan hidup.
Jenis ikan yang cocok untuk dibudidayakan menggunakan konsep mina padi
Sebagai tambahan, bagi anda yang saat ini ingin mencoba konsep mina padi. Terdapat beberapa jenis ikan yang cocok untuk dipelihara bersamaan dengan padi di sawah.
Pemilihan ikan ini memperhitungkan beberapa aspek yang meliputi jenis ikan, ketahanan fisiknya, dan usia yang relatif sebanding dengan usia padi.
Dari berbagai aspek dan kriteria tersebut terdapat beberapa ikan yang tepat untuk anda dapat pelihara di sawah dengan konsep mina padi. Antara lain: Ikan Mujair, ikan mas, ikan lele, ikan nila, ikan tawes, dan beberapa ikan lain yang memiliki usia panen relatif singkat yaitu sekitar 3 bulanan sesuai dengan rata-rata usia panen padi.
Penutup
Demikianlah berbagai kendala yang terjadi ketika membudidayakan ikan menggunakan konsep mina padi. Sangat penting bagi anda yang saat ini tertarik dengan konsep mina padi namun masih awam mengenai praktik budidaya ikan model ini.
Posting Komentar untuk "Penting! Kendala Budidaya Ikan Dengan Konsep Mina Padi Dan Cara Mengatasinya"